Bidu adalah pemuda yang baru pertama kali datang ke kota. Berbagai hal menarik yang tidak ditemukannya di desa, nongol disini.
Ada warung yang menjual banyak barang dan disirami udara dingin AC, ada dagang klontong yang bertingkat 4 dan lain sebagainya.
Capek berkeliling kota yang diselimuti udara panas, ia memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di taman kota yang rindang nan sejuk.
Demi meredam dahaga, beberapa lembar uang direlakannya untuk membeli es. Es ditangan dan ia mencari kursi agar bisa bersantai.
Lagi asyik menikmati es dingin menyegarkan, tiba-tiba pandangannya tertuju kepada seorang anak laki-laki yang sedang kencing di kolam taman itu.
Anak itu membelakangi Bidu.
Dalam pikirannya, Bidu menganggap anak ini ga tahu aturan karena kencing sembarangan. Sopan santunnya hilang.
Esnya hampir habis dan kemudian ia melirik lagi ke kolam. Anehnya si anak masih terus kencing dengan asyiknya.
"Anak itu minumnya satu drum ya, sampai kencing ga kelar-kelar", pikir Bidu. Setelah beberapa saat kemudian, Ia masih melihat anak itu kencing dan belum selesai.
Busyet dah..
Demi memberikan anak itu pengertian tata krama yang baik, Bidu memutuskan untuk mencari dan menegurnya. Masa kencing di kolam taman dan lama sekali lagi, takutnya air di kolam menjadi pesing.
Ikan-ikan pasti puyeng dengan baunya.
Dia bingung, karena orang mulai memperhatikan tingkahnya ketika mendekati anak ini.
Dia cuek saja karena sudah memiliki tujuan yang mulia, mengembalikan kepercayaan diri toilet yang sudah direnggut kolam.
Bidu pun menepuk pundak si anak dan sudah siap memberondongnya dengan ceramah tata krama. Yang terjadi malah aneh, tangannya kok sakit banget.
Pundak anak ini keras sekali, bagaikan batu.
Pantesan saja keras, karena anak ini adalah patung batu yang memang dipajang di kolam taman dengan posisi seperti orang kencing...
Ada warung yang menjual banyak barang dan disirami udara dingin AC, ada dagang klontong yang bertingkat 4 dan lain sebagainya.
Capek berkeliling kota yang diselimuti udara panas, ia memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di taman kota yang rindang nan sejuk.
Demi meredam dahaga, beberapa lembar uang direlakannya untuk membeli es. Es ditangan dan ia mencari kursi agar bisa bersantai.
Lagi asyik menikmati es dingin menyegarkan, tiba-tiba pandangannya tertuju kepada seorang anak laki-laki yang sedang kencing di kolam taman itu.
Baca juga :
Anak itu membelakangi Bidu.
Dalam pikirannya, Bidu menganggap anak ini ga tahu aturan karena kencing sembarangan. Sopan santunnya hilang.
Esnya hampir habis dan kemudian ia melirik lagi ke kolam. Anehnya si anak masih terus kencing dengan asyiknya.
"Anak itu minumnya satu drum ya, sampai kencing ga kelar-kelar", pikir Bidu. Setelah beberapa saat kemudian, Ia masih melihat anak itu kencing dan belum selesai.
Busyet dah..
Demi memberikan anak itu pengertian tata krama yang baik, Bidu memutuskan untuk mencari dan menegurnya. Masa kencing di kolam taman dan lama sekali lagi, takutnya air di kolam menjadi pesing.
Ikan-ikan pasti puyeng dengan baunya.
Dia bingung, karena orang mulai memperhatikan tingkahnya ketika mendekati anak ini.
Dia cuek saja karena sudah memiliki tujuan yang mulia, mengembalikan kepercayaan diri toilet yang sudah direnggut kolam.
Bidu pun menepuk pundak si anak dan sudah siap memberondongnya dengan ceramah tata krama. Yang terjadi malah aneh, tangannya kok sakit banget.
Pundak anak ini keras sekali, bagaikan batu.
Pantesan saja keras, karena anak ini adalah patung batu yang memang dipajang di kolam taman dengan posisi seperti orang kencing...
Baca juga :
Post a Comment for "Anak Ini Kencing Ga Selesai-selesai"