Sampai sekarangpun saya masih tidak percaya bagaimana hal ini bisa terjadi.
Aneh tapi benar-benar saya alami ketika masih kuliah. Cerita ini saya modifikasi sedikit, tapi tentang sepatu dan sandalnya memang benar-benar terjadi..
It's for real guys..
Ketika mengenang kembali cerita ini, hati pun menjadi tertawa geli..
Lucu juga ternyata..
Kadang kesal juga dengan tingkah bapak yang satu ini..
Beginilah ceritanya
Di suatu tempat, saya meluncur ke satu ruangan untuk mendaftar sebagai asisten.
Dan inilah kali pertama saya mendaftar sebagai seorang asisten dan rasanya ingin sekali mencicipi peran yang baru ini.
Tanpa ragu sayapun langsung masuk ke sana dan bermaksud mengisi formulir pendaftaran. Baru saja pintu terbuka, saya langsung disambut seorang yang sudah agak berumur.
Saya sebut saja ia sebagai Mr. X.
Saya sangat mengenal Mr. X ini, dan dia adalah orang yang sangat berkuasa dalam tempat yang saya kunjungi, khususnya ruangan yang saya masuki.
Dialah sumber segalah hukum di ruangan tersebut.. Banyak orang yang gemetar olehnya..
Ngeri ya?
Dan Mr. X pun mulai melancarkan keramah-tamahannya (baca : interogasi)
“Pak, kuku pada ibu jari kaki kanan saya terlepas karena infeksi. Makanya ibu jari saya dibalut sama perban, jadi saya tidak bisa memakai sepatu. Lagian kalau pakai sepatu pasti sakit pak..”, saya melakukan pembelaan sambil menunjukkan ibu jari kaki kanan yang terbalut perban.
"Apakah bapak tidak tahu bagaimana rasanya kuku kaki yang tercabut dari tempatnya? Sakit banget lho pak... Perihhh..", protes saya dalam hati.
Aneh tapi benar-benar saya alami ketika masih kuliah. Cerita ini saya modifikasi sedikit, tapi tentang sepatu dan sandalnya memang benar-benar terjadi..
It's for real guys..
Ketika mengenang kembali cerita ini, hati pun menjadi tertawa geli..
Lucu juga ternyata..
Kadang kesal juga dengan tingkah bapak yang satu ini..
Beginilah ceritanya
Di suatu tempat, saya meluncur ke satu ruangan untuk mendaftar sebagai asisten.
Dan inilah kali pertama saya mendaftar sebagai seorang asisten dan rasanya ingin sekali mencicipi peran yang baru ini.
Tanpa ragu sayapun langsung masuk ke sana dan bermaksud mengisi formulir pendaftaran. Baru saja pintu terbuka, saya langsung disambut seorang yang sudah agak berumur.
Saya sebut saja ia sebagai Mr. X.
Saya sangat mengenal Mr. X ini, dan dia adalah orang yang sangat berkuasa dalam tempat yang saya kunjungi, khususnya ruangan yang saya masuki.
Dialah sumber segalah hukum di ruangan tersebut.. Banyak orang yang gemetar olehnya..
Ngeri ya?
Dan Mr. X pun mulai melancarkan keramah-tamahannya (baca : interogasi)
Mr. X : “Kenapa kamu terlambat?”, dengan suara agak galak
Saya : “Maaf pak, tadi dijalan macet” (menunduk dan takut)
Mr. X : “Kamu kan bisa berangkat lebih pagi. Rajinlah kamu
sebagai anak muda”, (suara agak meninggi).
Saya : “Baik pak”, (tambah menunduk).
Tak butuh waktu lama, Mr. X inipun berhasil menemukan lagi satu "kejanggalan" pada diri saya dan bersiap untuk mengeksploitasnya.
Mr. X : “Kenapa kamu memakai sandal, bukankah harusnya pakai
sepatu”, (suaranya sudah panas).
“Pak, kuku pada ibu jari kaki kanan saya terlepas karena infeksi. Makanya ibu jari saya dibalut sama perban, jadi saya tidak bisa memakai sepatu. Lagian kalau pakai sepatu pasti sakit pak..”, saya melakukan pembelaan sambil menunjukkan ibu jari kaki kanan yang terbalut perban.
"Apakah bapak tidak tahu bagaimana rasanya kuku kaki yang tercabut dari tempatnya? Sakit banget lho pak... Perihhh..", protes saya dalam hati.
Ia terlihat sangat peduli dengan keyakinannya sendiri dan acuh dengan perban pada kaki ini..
Mr. X : “Pokoknya saya tidak terima”, sahutnya dengan
marah. “Aturan harus ditegakkan jika ke tempat ini harus pakai sepatu”.
Saya : “Bagaimana saya bisa pakai sepatu pak? Kan kaki saya
diperban yang disebelah kanan”.
Mr. X: “Caranya adalah, kaki sebelah kanan tetap pakai
sandal dan yang sebelah kiri harus pakai sepatu”.
Saya : “…….?????????.........???????”.
Jegerrr...
Nafas saya hilang..
Dunia seperti berhenti berputar demi memberikan simpatinya akan nasib yang menyapa..
Saya tidak percaya akan hal ini..
Benar-benar tidak percayaaaaa.....
Jegerrr...
Nafas saya hilang..
Dunia seperti berhenti berputar demi memberikan simpatinya akan nasib yang menyapa..
Saya tidak percaya akan hal ini..
Benar-benar tidak percayaaaaa.....
Daripada berdebat lebih panjang lagi, saya memilih keluar dan pulang ke kos.
Harapan untuk menjadi asisten pun saya pendam dan selamanya tidak pernah menjadi asisten apapun.
Terus terang, saya tidak akan pernah mau menuruti permintaan Mr. X.
Aneh dong, masa mau pakai sepatu dan sandal berdampingan?
Sebelah-sebelah lagi...
Hahhh...
Sudahlah..
Harapan untuk menjadi asisten pun saya pendam dan selamanya tidak pernah menjadi asisten apapun.
Terus terang, saya tidak akan pernah mau menuruti permintaan Mr. X.
Aneh dong, masa mau pakai sepatu dan sandal berdampingan?
Sebelah-sebelah lagi...
Hahhh...
Sudahlah..
Baca juga :
Post a Comment for "Cerita Konyol Tentang "Sepatu dan Sandal""