Tidak pernah terpikir kalau saya bisa kuliah di kota pelajar, yang menjadi tujuan puluhan ribu siswa setiap tahunnya, untuk menempuh jenjang universitas.
Yogyakarta menawarkan banyak kampus terbaik untuk mereka.
Iya...
Saya berhasil terdaftar di UGM.
Sebuah raihan yang menggembirakan.
Setelah berjuang keras belajar demi proses ujian masuknya, akhirnya diterima di Fakultas teknik, tepatnya di jurusan teknik mesin.
Awal kuliah
Di awal kuliah, kehidupan saya biasa saja. Ke kampus, mengikuti pelajaran, sesi selesai dan kembali ke kos.
Diam sampai sore dan menjalani rutinitas di esok hari.
Sesekali mampir tawaran dari teman untuk jalan-jalan.
Bisa naik motor dan akhirnya mengenal kota lebih dekat lagi.
Dua tahun pertama tidak punya motor. Kemana-mana jalan kaki. Melelahkan memang. Tetapi ketika ada kegiatan, terkadang ada teman yang menawarkan tumpangan.
Lumayan menghemat tenaga.
Terus...
Jaman saya kuliah hp masih sebatas untuk nelpun dan sms. Tidak seperti sekarang, smartphone murah disertai kuota ramah di kantong.
Kalau mau internetan harus ke warnet dan merogoh 4000-an rupiah per jam. Belum lagi kecepatannya lelet.
Aduh, tambah runyam.
Waktu itu, saya tidak punya komputer, apalagi laptop. Laptop bahkan baru dikenal di kalangan mahasiswa. Yang punya masih beberapa, tidak seperti sekarang.
Jadi...
Kalau mau buat tugas harus ke rental untuk mengetik. Yah, perjuangan sekali jaman itu...
😁
Untuk mengusir kejenuhan sepulang kuliah, biasanya buat tugas kalau ada. Terus tidak lupa menyempatkan diri membaca materi kuliah di kosan.
Saya belajar 30 menit sampai 1 jam.
Trik ini sangat membantu ketika ujian.
Karena terus dibaca dan diulang, saya tidak terlalu pusing saat ujian mendekat, mengingat materi ujian sudah sering dibaca.
Alhasil lebih santai.
Kemudian, kalau bosan belajar, melipir ke persewaan komik.
Komik yang dipinjam sudah lawas, biar murah. Bisa dapat 50-100 rupiah sehari per komik. Langsung borong lima episode.
Cukup untuk membunuh waktu seharian.
Selain komik, majalah juga disewa, biasanya yang membahas pengetahuan. Satu majalah saja tidak habis dibaca sehari.
Jadi harus diperpanjang lagi agar habis semuanya.
Iya...
Kurang lebih seperti itulah kegiatan dua tahun pertama di Jogja. Aktivitasnya monoton.
Kalau ada ajakan keluar, baru bisa meninggalkan kos. Jika tidak ada tawaran, ya di kamar saja sambil sesekali jalan kaki di seputaran Daerah Pogung Kidul.
Mencari tantangan lebih
Saat menginjak dua tahun perjalanan di Jogja, akhirnya saya berani meminta motor ke bapak. Untung langsung di acc.
Padahal degdegan kalau tidak dapat.
😂
Waktu itu keuangan di rumah lagi nge-pas banget. Saya tahulah kondisi orang tua, kebetulan adik baru SMK, pengeluaran lagi deras-derasnya.
Setelah saya jelaskan motornya untuk apa, bapak setuju.
Akhirnya datanglah honda grand tahun 1995.
Ini motor asyik banget dah.
Selain irit, juga enak diajak muter-muter keliling Jogja.
Kedatangan si motor membuat aktivitas harian berubah dan lebih bergairah.
Saya pindah kos.
Karena sudah ada motor, pindah ke Jalan Kaliurang KM 5, tepatnya di Kentungan.
Ini kos saya taksir karena tempatnya enak, teduh dan damai. Kebetulan ada teman tinggal di sana, jadi tidak pikir panjang untuk pindah.
Selanjutnya, saya melakukan perubahan kegiatan yang membuat suasana kuliah semakin menarik dan menantang.
Apa saja itu?
1. Kerja sambilan
Kan lumayan dapat tambahan.
Langsung saya minta info dan diberikan alamat kantornya, mau mendaftar sebagai guru les.
Besoknya meluncur dan diterima.
Tidak sampai dua hari, ada sms masuk.
Datang permintaan mengajar anak SMK yang akan ujian akhir di daerah Malioboro. Langsung disanggupi dong...
Bayaran pertama 9ribu rupiah per datang, mengajar 90 menit.
Itu sudah banyak bagi saya.
Mari bandingkan.
Biaya makan waktu itu palingan 4ribu sampai 5ribu sehari. Biasanya saya makan dua kali, sarapan sama makan siang dirapel sekalian jam 11. Yang sekali lagi makan malam.
Makan siang yang prasmanan.
Nasi seabrek, sayur plus tempe. Itu sudah dua ribu rupiah saja. Kalau mau mewah, tambahkan telur sambal.
Mmmm, mantapnya.
Makan malam paling cari lalapan atau nasi goreng yang harganya 2ribu. Sudah, itu saja jajan saya sehari-hari.
Nongkrong gimana?
Jarang...
Takut uang cepat bablas.
Balik lagi ke mengajar.
Pendapatan 9ribu sekali ngajar selama 90 menit bisa menopang hidup selama satu setengah hari. Kalau dalam sehari mengajar dua kali, berarti dapat 18 ribu.
Nah itu sudah menyelamatkan perut selama tiga hari.
Wow...
Bekerja tiga jam saja bisa menghidupi tiga hari. Karena itulah saya semakin rajin mengajar. Ketika ditawari murid lagi, saya ambil.
Sehari palingan ngajar dua kali saja.
Uangnya lumayan.
Akhirnya jadwal penuh dari senin sampai jumat, mengajar dua kali sehari. Minta uang ke rumah pun tidak pernah lebih. Sisanya saya tambal dari penghasilan mengajar.
Dengan mengajar saya bisa keliling Kota Jogja. Tempat yang sebelumnya awam, malah menjadi daerah kekuasaan..
😁
Banyak lokasi yang saya tahu. Ya, ini menjadi semacam refresh ke pikiran. Lahan bermain tidak hanya kampus dan kos saja.
Berbagai macam jalan dan gang membuat saya semakin lengket dengan Jogja. Pikiran semakin terbuka dan tambah betah tinggal di kota ini.
2. Ikut organisasi
Bersama teman-teman, kami membuat berbagai macam program untuk organisasi ataupun masyarakat banyak.
Banyak hal yang bisa diserap.
Mulai dari :
- Mencari solusi untuk masalah yang dihadapi
- Bergaul dengan berbagai karakter orang
- Bekerja bareng agar pekerjaan cepat selesai
- Saling melengkapi dengan skill masing-masing
- Bahkan bisa menyerap keahlian dengan belajar dari teman yang sudah duluan bisa. Misalnya belajar program komputer dan lainnya
Perkembangan penting lain yang saya rasakan adalah kemampuan berbicara di depan umum. Karena sering rapat dan mengutarakan pendapat, akhirnya semakin pede ketika berbicara di depan banyak orang.
Saat presentasi di kampus lebih tenang dan materi tersampaikan dengan baik. Beruntung sekali ikut organisasi.
Saya tidak ikut banyak, satu UKM saja.
UKM adalah Unit Kegiatan Mahasiswa. Organisasi di dalam kampus yang menampung mahasiswa dengan minat tertentu.
Misalnya olahraga, fotografi, keagamaan, dan lainnya.
Mengapa satu UKM saja?
Tugas utama tentu kuliah, demi kuliah lulus tepat waktu agar hemat biaya dan pastinya lebih cepat kerja.
Kalau ikut banyak kegiatan, takutnya kuliah terbengkalai dan lulusnya lebih lama. Saya hindari ini, demi meringankan beban orang tua lebih cepat.
Biaya kuliah kan lumayan.
3. Olahraga bareng
Panas...
😂
Sabtu atau minggu pagi dipilih.
Anak kuliahan kan libur kalau weekend.
Daripada bengong di kos mending ngeluyur ke lapangan, mencari peluh dengan mengejar si kulit bundar.
Lari ke sana ke mari sampai lelah.
Menariknya, dari kegiatan ini malah mengenal banyak teman. Mulai dari teman sebaya sampai kakak angkatan yang tahun masuknya sudah tidak dikenal lagi.
Bahkan bertemu teman-teman dari beda universitas.
Setidaknya bisa menambah relasi.
Siapa tahu bisa saling membantu, apalagi sama-sama anak rantau. Solidaritas sangat penting untuk bertahan hidup. Ketika ada yang perlu saya bantu dan kalau saya yang butuh bantuan, banyak tangan siap menyambut.
4. Ikut kegiatan sosial
Ini sih asyik sekali.
Tidak hanya sekedar ikut, tapi terjun menyiapkan segala hal yang diperlukan. Mulai dari survei lokasi, mengemas paket sembako, melakukan pengiriman dan pembagian ke masyarakat.
Wow...
Pengalaman yang benar-benar baru.
Saya dapat jalan-jalan ke banyak tempat, mengenal daerah baru, menyerap atmosfer segar yang membuat pikiran semakin terbuka. "Oh, ternyata kegiatan seperti ini memberikan banyak manfaat bagi saya".
Selanjutnya...
Ketika diajak bakti sosial saya langsung menyambutnya.
Ayo gas terus...
Melihat masyarakat tersenyum bisa membeli sembako harga miring membuat hati terenyuh. Membuat orang lain bahagia ternyata membangkitkan rasa senang yang tidak terkira.
Inilah yang membuat hati tetap semangat jika diajak bakti sosial.
5. Mendalami komputer
Yes...
Akhirnya punya mainan baru.
Bukan untuk main game. Saya bukan penggemar game, jadi punya komputer lebih banyak digunakan untuk belajar software.
Sebagai anak teknik, beberapa software menjadi makanan sehari-hari. Inilah yang dikuasai agar bisa mengikuti perkuliahan dengan baik. Selain itu, membuat tugas jadi lebih mudah dan cepat karena sudah ada komputer di kos dan tidak perlu pinjam.
Selain software, kemampuan lain harus dikuasai.
Apa itu?
Mengetik 10 jari.
Jangan abaikan ini ya!
Mengetik menjadi senjata utama saat bermain komputer. Apalagi membuat tugas seperti laporan atau presentasi, jari-jari tangan giat menari di atas keyboard.
Akhirnya saya memberanikan mencoba game.
Iya, belajar mengetik 10 jari menggunakan sebuah game sederhana. Setiap hari diambil dan mulai belajar posisi jari yang benar.
Latihan terus dan akhirnya lumayan lancar.
Tulisan inipun hasil gerak lincah ke-sepuluh jari saya di atas keyboard. Pekerjaan jauh lebih cepat dan leher tidak sakit karena gerakan bolak-balik menoleh keyboard dan monitor.
Pandangan hanya ke layar, tidak perlu melihat keyboard.
Mau menguasainya?
Ayo belajar!!
6. Ikut panitia
Banyak hal yang dipelajari.
- Punya kenalan dari jurusan lain
- Tahu banyak tempat karena harus beli ini dan itu
- Dapat makan gratis
- Ada sertifikat
Nah...
Makan gratis saya anggap bonus.
Ketika ada acara, konsumsi wajib hadir. Lumayan, bisa menghemat beberapa ribu rupiah. Mendapat makan gratis menjadi karunia luar biasa, secara bekal bulanan yang mepet.
Ada sertifikatnya lagi.
Untuk apa?
Sebagai bahan penambah portofolio saat melamar kerja. Kalau aktif organisasi, menjadi nilai tambah dimata tim penilai.
7. Menjadi wakil ketua event
Acara ini diselenggarakan setahun sekali dan berdurasi 6 bulan.
Iya...
Dalam 6 bulan ada beberapa acara besar yang melibatkan ratusan warga UKM. Wow, menjadi kebanggaan sendiri bisa turut mengaturnya.
Banyak yang bisa dipelajari :
- Mengenal karakter banyak orang
- Menyelesaikan masalah yang muncul
- Memimpin banyak rapat
- Mengatur keuangan yang nilainya banyak
- Mengawasi aliran acara agar lancar.
Seru...
Entah mengapa yang ada hanya rasa bahagia. Susah bareng, senang sama-sama, itulah yang dirasakan bersama ratusan teman-teman yang ikut acara ini.
Kesimpulan
Banyak lho ilmu penting yang bisa dipelajari saat kuliah. Tidak dengan belajar di kampus saja, kegiatan luar kuliah berperan besar menambah pengalaman, ilmu dan keterampilan berorganisasi untuk menambah relasi.
Akhirnya kita tidak bosan.
Perkuliahan sangat berwarna berkat beragamnya aktivitas.
Kalau kuliah hanya ke kampus kos kampus setiap hari, pastinya kurang greget. Kegiatan monoton yang menimbulkan bosan.
Saat ada ajakan ikut panitia, olahraga, ataupun bekerja sambilan pasti saya ambil.
Keuntungannya banyak.
Bagi pembaca yang masih kuliah, jangan ragu ikut kepanitian, pasti bermanfaat. Jika ingin mencoba part time, boleh.
Ada pemasukan tambahan yang membuat dompet lebih lega.
Atau anda punya pengalaman lain saat kuliah?
Ayo bagikan di kolom komentar ya.
Baca juga ya :
Post a Comment for "Saat Kuliah, Saya Menantang Diri Untuk Berbuat Lebih Dari Sekedar Belajar. Ini yang Saya Lakukan"